BUDIDAYA LELE SANGAT MENGUNTUNGKAN


Budidaya lele di Wilayah Desa Dukuh Tengah, yang termasuk dalam Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat yang utama, selain sawah pertanian dan peternakan itik. Perubahan lingkungan mempengaruhi kualitas air di wilayah tersebut sehingga banyak timbul serangan penyakit akibatnya banyak kolam lele mengalami kematian secara bertahap bahkan massal. Suplemen Organik Cair (SOC) GDM sebagai produk suplemen bekerja sama dengan  petambak lele setempat melakukan percobaan untuk  mengetahui pengaruh aplikasi SOC GDM pada budidaya lele terhadap peningkatan hasil panen dan tingkat ketahan terhadap serangan penyakit.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka lahan kolam yang akan ditebar benih lele diaplikasi GDM terlebih dahulu (3 hari sebelum tebar benih) sebanyak 1 liter dan dibiarkan selama 1 minggu untuk menumbuhkan plankton. Jumlah benih yang ditebar di 2 kolam masing – masing  20 ribu ekor benih lele (4 rean) berukuran 2-4 cm. Aplikasi SOC GDM dilakukan setiap 1 minggu sekali sebanyak 1 liter yang dilarutkan 10 liter air. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore menggunakan pakan pelet dengan dosis 10 ml SOC GDM untuk 1 Kg pakan pelet. Aplikasi 10 ml SOC GDM dilarutkan ke dalam 200 ml air kemudian pellet direndam hingga semua larutan meresap kemudian dikering anginkan. Setelah dikering anginkan yang ditandai dengan tekstur pellet yang kenyal kemudian diberikan ke ikan lele
sebagai pakannya.
Data pengamatan budidaya lele selama 1 musim.

Kondisi kolam lele yang diaplikasikan SOC GDM dengan kolam tanpa SOC GDM :




Warna air pada kolam kontrol (keruh kecoklatan)


Warna air pada kolam GDM (hijau segar)

Analisa ekonomi dari pemeliharaan ikan lele :

Kesimpulan :
Aplikasi SOC GDM mempercepat waktu panen 5 hari dibanding kolam tanpa GDM (Kolam SOC GDM panen umur 85 hari sedangkan kolam tanpa GDM panen umur 90 hari).
Aplikasi SOC GDM memperbaiki kualitas air, kondisi air selama pembesaran tetap hijau segar.
Aplikasi SOC GDM meningkatkan kualitas hasil panen, terlihat dari kondisi ikan saat panen tidak ada luka, padat dan bersih.
Aplikasi SOC GDM meningkatkan persentase panen sebesar 28,39% tidak termasuk sisa panen (sortir).
Dengan harga jual yang sama , maka aplikasi GDM dapat meningkatkan kuntungan hingga 96,25% (hampir 2 kali lipat).

Mekanisme Bau Lumpur Pada Ikan Bandeng dan Penanggulannya

Pernah menikmati enaknya Ikan Bandeng ? Anda salah satu penikmat ikan bandeng ? Pernah merasakan Ikan Bandeng yang Anda santap mengandung bau lumpur ? Berikut adalah mekanisme bau lumpur pada Ikan Bandeng dan cara penanggulangannya. Mengapa ? Tentu saja santapan ikan bandeng yang khas dan lezat menjadi tidak nikmat lagi. Dengan menggunakan nutrisi organik GDM, bisa mengatasi bau lumpur pada ikan bandeng.
Ikan bandeng merupakan ikan herbivora dengan fitoplankton sebagai makanan utamanya. Budidaya ikan bandeng di tambak saat ini digunakan pupuk anorganik  seperti urea dan SP-36 untuk menumbuhkan fitoplankton. 
Untuk meningkatkan kesuburan tambak, petambak ikan bandeng biasanya menggunakan pupuk anorganik secara berlebihan. Alasannya adalah untuk meningkatkan jumlah produksi ikan bandeng tanpa memikirkan efek yang ditimbulkan berupa bau lumpur pada ikan bandeng.
Sebab utama penggunaan pupuk anorganik tersebut adalah unsur nitrogen dan fosfat dibutuhkan dalam jumlah banyak di perairan untuk pertumbuhan fitoplankton. Akan tetapi, perlu penambahan dari lingkungan luar untuk memenuhi kekurangan unsur tersebut.
Pemberian pupuk urea dan TSP yang berlebihan pada lingkungan budidaya akan menyebabkan kondisi perairan menjadi sangat subur.
 Perairan yang subur ditandai dengan berlimpahnya jumlah dan jenis fitoplankton contohnya Cyanophyceae. Spesies fitoplankton berikut ini adalah golongan yang sangat disukai oleh ikan bandeng yaitu Chlorella sp., Closteriopsis sp., Oscillatoria sp., Mastogloia sp., Rhizosolenia sp., Peridinium sp., dan Prorocentrum sp.
Kelimpahan tertinggi fitoplankton disebabkan oleh pemberian pupuk dengan frekuensi yang sering dalam tambak sehingga ketersediaan fitoplankton di perairan dan tanah akan berlimpah. Keragaman dan kelimpahan fitoplankton di perairan tambak dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang ada di perairan tersebut.
Nutrisi untuk pertumbuhan fitoplankton tersebut berupa nitrogen, fosfor dan bahan organik.
Sebenarnya nutrisi tersebut dapat diperoleh dari sisa pakan, feces dan endapan lumpur yang berada dalam tambak ikan.
Jika rasio N (nitrogen) dan P (fosfor) di tambak seimbang maka akan dihasilkan berbagai macam fitoplankton seperti Chorophyceae, Rhodophyceae, Cyanophyceae dan Diatomae. Namun, bila rasio N dan P tidak seimbang akan muncul dominasi fitoplankton di tambak  ikan bandeng.
Jika Cyanophyceae sudah dominan di lingkungan tambak dampak yang dihasilkan adalah ikan bandeng berbau lumpur.
Bau lumpur ikan bandeng sebenarnya disebabkan oleh senyawa geosmin dan 2 methylisoborneol (MIB) dari fitoplankton Oscillatoria sp, Anabaena sp, Actinomyces dan bakteri Streptomyces tendae.
Senyawa tersebut masuk karena ikan bandeng termasuk herbivora yang memakan fitoplankton kemudian terakumulasi dalam kulit, perut, usus dan daging ikan bandeng. Bahkan ikan bandeng yang sudah mengalami proses pemanasan pun masih mengandung senyawa tersebut.
Oleh karena itu, perlu rasio N : P  yang seimbang untuk menumbuhkan beraneka ragam plankton di tambak ikan bandeng sehingga meminimalisir bau lumpur.
Suplemen Organik Cair GDM mengandung unsur makro dan mikro esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton.
SOC GDM juga mengandung 5 spesies bakteri yang mampu mengurai bahan organic dalam tambak sehingga bisa langsung dimanfaatkan fitoplankton untuk pertumbuhannya.
Fitoplankton yang tumbuh juga akan beraneka ragam sehingga tidak akan menimbulkan bau lumpur pada ikan bandeng.
Bakteri Pseudomonas alcaligenes dalam SOC GDM memiliki kemampuan menghasilkan enzim lipase dan dexametanose yang memecah senyawa bahan organic menjadi lebih sederhana.

Fitoplankton yang banyak tumbuh adalah golongan Chlorophyceae, Rhodophyceae, Cyanophyceae, Phaeophyceae dan Diatomae. Ikan bandeng akan memiliki lebih banyak pilihan makanan dengan jumlah seimbang sehingga bau lumpur bisa dicegah.

SOC GDM juga bisa diaplikasi saat proses persiapan tambak yaitu setelah proses pemupukan dengan pupuk kandang lalu diaplikasi SOC GDM dengan dosis 10 liter/ha. Produktivitas fitoplankton di tambak yang diberi pupuk akan menghasilkan kelimpahan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan dengan tambak yang tidak diberi pupuk.

Parameter kualitas air seperti suhu, kecerahan, DO, pH, salinitas, N-total, P-total, dan rasio N:P tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap ikan yang bau lumpur, tetapi memberikan pengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan fitoplankton penghasil MIB atau geosmin.

 Berdasarkan hasil penelitian Aziz dkk (2015) suhu perairan budidaya berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

 Fitoplankton yang berjenis filum Chlorophyta dan Diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30–35 °C dan 20–30 ÂșC. Filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan Diatomae.

Parameter lainnya adalah kecerahan air. Kecerahan juga dapat dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton yang ada di perairan.

 Semakin tinggi kelimpahan fitoplankton maka kecerahan akan semakin menurun. Juga Dissolved oxygen (DO) yang menunjukkan banyaknya oksigen terlarut yang terdapat di dalam air yang dinyatakan dalam mg/L.

Oksigen di perairan berasal dari proses fotosintesis dari fitoplankton atau jenis tumbuhan air, dan melalui proses difusi dari udara.

 Kadar DO berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulensi) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam badan air.

Faktanya semakin tinggi suhu dan salinitas, maka kelarutan oksigen pun semakin berkurang sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.

Parameter kualitas air lain yang turut mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah nilai pH. Nilai pH dipengaruhi oleh aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme (plankton, ikan, tumbuhan air dll) serta keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut.

 Perubahan pH akan sangat memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Nilai pH yang tinggi akan meningkatkan persentase dari amonia yang tidak terionisasi dan meningkatkan kecepatan pengendapan fosfat di perairan.

 Perairan dengan pH antara 6–9 merupakan perairan dengan kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif karena dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam perairan menjadi mineral-mineral yang dapat manfaatkan oleh fitoplankton untuk petumbuhan.
SOC GDM membantu dalam maintenance proses perombakan bahan organik, penguraian limbah dalam tambak dan mejaga kualitas air tambak.

 Kombinasi lima bakteri spesifik ini tentu sangat menunjang kebutuhan dalam budidaya bandeng. Untuk mengetahui khasiat SOC GDM ini, Anda perlu membuktikannya sendiri.

Sumber : Aziz, R., Nirmala, K., Affandi, R., dan Triheru, P. 2015. Kelimpahan Plankton Penyebab Bau Lumpur pada Budidaya Ikan Bandeng Menggunakan Pupuk N : P berbeda. Jurnal. Akuakultur Indonesia 14 (1) : 58-68.



Membuat Benih tumbuh cepat, sehat dan seragam

Benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Pemilihan benih yang baik menentukan hasil produksi yang maksimal. Untuk itu harus cermat dalam pemilihan benih agar dapat memperoleh hasil panen yang tinggi. POC GDM adalah pupuk yang mengandung bakteri gram positive untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit dan membuat Benih tumbuh cepat, sehat dan seragam. Hal ini karena POC GDM adalah pupuk organik dengan kandungan 7 mikroba yang mampu menghilangkan inokulum jamur & bakteri pathogen tular benih yang merupakan awal sumber penyakit pada tanaman.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pemilihan benih adalah :
1.    Pilih benih padi unggul harus bersertifikat resmi dari instansi pemerintah atau perusahaan, hal ini menandakan bahwa benih padi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kelayakan tanamnya seperti masa dormansinya dan daya tumbuhnya. Dalam penggunaan benih yang bersertifikat, tidak semuaya dapat ditanam sebagai benih, melainkan harus dipilih yang bagus.
(http://bppngantru.blogspot.co.id/2012/12/teknik-pemilihan-benih-padi.html).
2.    Pastikan benih tidak kadaluarsa dan mempunyai daya tumbuh yang bagus.
3.    Benih padi utuh, bersih dan bebas dari hama (kutu-kutuan/kumbang gabah).
Setelah memastikan benih padi yang akan ditanam berasal dari benih unggul, tahapan berikutnya yang harus dilakukan adalah melakukan perlakuan (treatment) terhadap benih..
Karena apabila tidak dilakukan, benih yang ditanam tidak tumbuh atau yang tumbuh pun kadang pertumbuhannya lambat dan tidak seragam.
 Belum lagi bibit terserang penyakit rebah kecambah, layu dan busuk. Hal ini diakibatkan benih terinfeksi oleh jamur ataupun bakteri pathogen.
Oleh sebab itu disarankan sebelum benih ditanam lakukan metode perendaman benih secara hayati.
 Perlakuan perendaman benih secara hayati bertujuan untuk mematahkan masa dormansi benih dan memilih benih yang baik supaya benih dapat tumbuh cepat, seragam dan sehat serta tanaman bisa mendapatkan perlindungan dari awal terhadap serangan penyakit terutama pada fase pembibitan.
Saat ini pengendalian hayati semakin digemari dan banyak mendapat perhatian dalam perlindungan tanaman dari serangan jamur & bakteri pathogen.
Pengendalian hayati adalah cara pengendalian dengan mengandalkan bakteri gram positive yang ramah lingkungan dan prospektif dikembangkan untuk mengurangi penggunaan fungisida kimia yang semakin mahal harganya.
Dalam pengendalian hayati digunakan beberapa jenis bakteri yang bersifat antagonis terhadap pathogen, sehingga mampu berperan sebagai biopestisida. (Rahayu, 2008).
POC GDM adalah pupuk yang mengandung bakteri gram positive untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit.
Perendaman benih dapat dilakukan dengan menggunakan air panas (±55 °C), sedangkan untuk menghilangkan atau memproteksi benih dari serangan jamur tambahkan GDM pada perendaman. Fungsi GDM dalam perendaman benih adalah untuk memacu pertumbuhan akar dan menginduksi ketahanan terhadap penyakit karena dalam GDM mengandung bakteri
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakter), yaitu merupakan sejenis bakteri menguntungkan yang hidup dan berkembang biak disekitar perakaran tanaman. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhan tanaman.
Selain itu bakteri GDM juga sebagai Imunomodulator yaitu bakteri yang menghasilkan senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan bibit baik secara spesifik maupun non spesifik.
GDM merupakan pupuk organik dengan kandungan 7mikroba yang mampu menghilangkan inokulum jamur & bakteri pathogen tular benih yang merupakan awal sumber penyakit pada tanaman.
Dengan aplikasi GDM sejak awal dimulai dari perendaman benih (treatment) membuat benih terbebas dari jamur & bakteri pathogen tular benih.
Cara aplikasi & Dosis perendaman benih padi dengan POC GDM :
·         Siapkan wadah/tempat untuk melakukan perendaman benih padi. Wadah yang di gunakan boleh ember, bak plastik atau wadah lain yang dapat diisi air dan benih padi yang siap diseleksi.
·         Masukkan POC GDM dengan (Dosis 1 gelas (250 ml) untuk 10 Kg benih padi) kedalam wadah kemudian isi dengan air disertai dengan diaduk-aduk biar lebih cepat tercampur.
·         Masukkan benih padi kedalam larutan GDM & air. Benih padi yang bernas akan tenggelam, benih yang hampa dan retak akan mengapung kemudian buang benih yang mengapung.
·         Pilih benih yang tenggelam sempurna dan rendam benih padi selama 12-24 jam.
·         Tiriskan dan kering anginkan benih padi.
·         Benih padi siap ditebar di lahan persemaian
·         Benih yang direndam POC GDM pertumbuhannya akan lebih cepat dan terbebas dari penyakit.
Gunakan POC GDM saat perendaman benih agar BIBIT SEHAT PANEN BERLIPAT.






Bahaya Pestisida bagi Kesehatan

Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan - Selain berdampak pada kerusakan lingkungan, residu pestisida juga berbahaya bagi kesehatan, baik dalam jangka panjang atau pun pendek. Salah satunya adalah menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan bisa beresiko terjadinya kelainan bawaan. Residu pestisida ini bisa terdapat dalam jenis buah dan sayuran segar, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya. Penggunaan pestisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama pasca panen.

Dibawah ini beberapa bahaya pestisida yaitu :

Pestisida Menyebabkan Kemandulan

Salah satu pestisida adalah atrazine, pembunuh gulma yang banyak digunakan di pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa pestisida ini meningkatkan risiko keguguran dan kemandulan (kualitas dan mobilitas sperma menurun).

Bahaya Pestisida Pada Kehamilan, Bayi, dan Anak

Pestisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan bayi cacat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan sindrom down bisa diakibatkan paparan pestisida. Untuk memperkecil resiko, ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.

Paparan pestisida selama 3 bulan sebelum konsepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan resiko keguguran spontan pada ibu hamil. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga beresiko terkena leukimia dan kecerdasannya bisa terganggu.

Bila terpapar pestisida sejak kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan janin dalam kandungan. Residu pestisida bisa meningkatkan risiko kelainan bawaan tertentu selama perkembangan janin. Apalagi selama perkembangannya janin belum mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Sementara otak dan sistem saraf sendiri masih terus berkembang hingga anak berusia 12 tahun.

Pada anak, paparan pestisida dapat menurunkan stamina tubuh serta perhatian dan konsentrasinya. Begitu pun memori dan koordinasi tangan mata yang terganggu, serta semakin besar kesulitan anak dalam membuat gambar garis sederhana.

Anak yang terpapar residu pestisida sejak balita, ketika usia SD kecerdasannya akan menurun. Sebuah penelitian yang dilakukan di Meksiko terhadap anak yang mengkonsumsi anggur disemprot pestisida dan yang tidak disemprot pestisida, menunjukkan perbedaan kognitif yang signifikan.

Pengaruh Pestisida Terhadap Perubahan Hormon

Jangka panjang dari paparan pestisida secara terus menerus dalam waktu sekitar 20-30 tahun akan terjadi perubahan hormonal dan sistem reproduksi. Pada anak laki-laki diistilahkan dengan demasculinisation, yaitu hilangnya sifat-sifat maskulin. Sementara pada anak perempuan disitilahkan dengan defeminisasion. Jadi anak mengalami perubahan orientasi s3ksualnya.

Pestisida Menyebabkan Diabetes

Bertahun-tahun ilmuwan percaya ada hubungan antara diabetes dengan pestisida. Menurut jurnal yang diterbitkan di Diabetes Care, orang yang mengalami kelebihan berat badan dan dalam tubuhnya terdapat pestisida golongan organoklorin berisiko tinggi terkena diabetes. Untuk menghindarinya, konsumsi makanan organic dan hindari penyegar udara kimia dan produk-produk artifisial yang beraroma.

Pestisida Menyebabkan Kanker

Pestisida cukup erat hubungannya dengan kanker. Lebih dari 260 pestisida berkaitan dengan beragam jenis kanker seperti limfoma, leukemia, sarcoma, jaringan lunak, otak, kanker hati, dan kanker paru-paru.

Pestisida Menyebabkan Autisme

Perpaduan antara gen dan polutan yang masuk ketika ibu hamil dipercaya para peneliti sebagai penyebab autisme. Kebanyakan insektisida membunuh hama dengan mengganggu fungsi saraf. Mekanisme yang sama terjadi pada janin yang terpapar insektisida. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami ADHD dan hiperaktif dibanding urin pada anak-anak yang tidak tercemar pestisida.

Pestisida menyebabkan Obesitas

Kadang pestisida bertindak sebagai hormon palsu dalam tubuh. Hormon ini mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur pengeluaran hormon yang sehat. Menurut penelitian yang dimuat jurnal Environmental Health Perspectives, lebih dari 50 jenis pestisida diklasifikasikan sebagai pengganggu hormon, di antaranya dapat memicu sindrom metabolik dan obesitas.

Pestisida Menyebabkan Parkinson

Penyakit gangguan degeneratif sistem saraf pusat atau yang sering mengganggu penderita keterampilan motorik, pidato, dan fungsi-fungsi lainnya atau Parkinson sangat berhubungan dengan paparan pestisida. Penelitian yang dilakukan menunjukkan penyakit ini berkaitan erat dengan paparan insektisida dan herbisida dalam jangka waktu yang panjang.

Dengan bertambah pengetahuan kita mengenal berbagai macam bahaya dari pestisida ini maka sudah sewajarnya kalau kita memang harus berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari pestisida apalagi bila penggunaannya berlebihan.

Peneliti Kesehatan Masyarakat dari Universitas Gajah Mada, Nurul Kodriati, M.Med Sc., mengatakan bahwa saat ini banyak petani menggunakan berbagai bahan kimia untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Tak cukup satu macam, kata Nurul, satu jenis buah atau sayuran bisa menggunakan 17 - 55 macam bahan kimia yang berbeda.

Menurut Nurul, buah yang paling banyak terpapar pestisida sehingga banyak residu yang menempel di kulitnya adalah apel, pir, serta anggur. Pada sayuran, jenis yang paling banyak terpapar pestisida adalah seledri, bayam, paprika, dan wortel.

Ambil contoh buah apel. Meski terlihat segar dan menggoda, kata Nurul,setidaknya ada tiga kandungan pestisida yang paling sering ditemui pada apel, yakni thiabendazole, diphenylamine, dan acetamiprid. Dampak bahan kimia tersebut bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis bahan kimianya dan seberapa banyak kita terpapar. Apa saja efeknya? Sedikitnya ada empat efek, yakni efek karsinogen (bisa menimbulkan kanker), hormone disruptor (mengganggu sistem hormonal), neurotoxin (mempengaruhi sistem saraf), dan mengganggu pertumbuhan serta fungsi reproduksi.

Berikut ini contoh bahaya bahan aktif pestisida terhadap kesehatan
  1. Asefat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi.
  2. Aldikard sangat beracun pada dosis rendah.
  3. BHC beresiko menyebabkan kanker, beracun pada alat reproduksi.
  4. Kaptan beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen.
  5. Karbiral beresiko menyebabkan mutasi gen, kerusakan ginjal.
  6. Klorobensilat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi.
  7. Klorotalonil beresiko menyebabkan kanker, keracunan alat reproduksi.
  8. Klorprofam beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, pengaruh kronis.
  9. Siheksatin beresiko menyebabkan Karsinogen.
  10. DDT beresiko menyebabkan Cacat lahir, pengaruh kronis.