Pernah
menikmati enaknya Ikan Bandeng ? Anda salah satu penikmat ikan bandeng ? Pernah
merasakan Ikan Bandeng yang Anda santap mengandung bau lumpur ? Berikut
adalah mekanisme
bau lumpur pada Ikan Bandeng dan cara penanggulangannya.
Mengapa ? Tentu saja santapan ikan bandeng yang khas dan lezat menjadi tidak
nikmat lagi. Dengan menggunakan nutrisi organik GDM,
bisa mengatasi bau lumpur pada ikan
bandeng.
Ikan
bandeng merupakan ikan herbivora dengan fitoplankton sebagai makanan
utamanya. Budidaya ikan bandeng di tambak saat ini digunakan pupuk
anorganik seperti urea dan SP-36 untuk menumbuhkan fitoplankton.
Untuk
meningkatkan kesuburan tambak, petambak ikan bandeng biasanya menggunakan pupuk
anorganik secara berlebihan. Alasannya adalah untuk meningkatkan jumlah
produksi ikan bandeng tanpa memikirkan efek yang ditimbulkan berupa bau lumpur
pada ikan bandeng.
Sebab
utama penggunaan pupuk anorganik tersebut adalah unsur nitrogen dan fosfat
dibutuhkan dalam jumlah banyak di perairan untuk pertumbuhan fitoplankton. Akan
tetapi, perlu penambahan dari lingkungan luar untuk memenuhi kekurangan unsur
tersebut.
Pemberian
pupuk urea dan TSP yang berlebihan pada lingkungan budidaya akan menyebabkan
kondisi perairan menjadi sangat subur.
Perairan
yang subur ditandai dengan berlimpahnya jumlah dan jenis fitoplankton contohnya Cyanophyceae. Spesies fitoplankton berikut
ini adalah golongan yang sangat disukai oleh ikan bandeng yaitu Chlorella sp., Closteriopsis sp., Oscillatoria sp., Mastogloia sp., Rhizosolenia sp., Peridinium sp., dan Prorocentrum sp.
Kelimpahan
tertinggi fitoplankton disebabkan oleh pemberian pupuk dengan frekuensi yang
sering dalam tambak sehingga ketersediaan fitoplankton di perairan dan tanah akan
berlimpah. Keragaman dan kelimpahan fitoplankton di perairan tambak dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi yang ada di perairan tersebut.
Nutrisi
untuk pertumbuhan fitoplankton tersebut berupa nitrogen, fosfor dan bahan
organik.
Sebenarnya
nutrisi tersebut dapat diperoleh dari sisa pakan, feces dan endapan lumpur yang
berada dalam tambak ikan.
Jika
rasio N (nitrogen) dan P (fosfor) di tambak seimbang maka akan dihasilkan
berbagai macam fitoplankton seperti Chorophyceae, Rhodophyceae, Cyanophyceae
dan Diatomae. Namun, bila rasio N dan P tidak seimbang akan muncul dominasi
fitoplankton di tambak ikan bandeng.
Jika
Cyanophyceae sudah dominan di lingkungan tambak dampak yang dihasilkan adalah
ikan bandeng berbau lumpur.
Bau
lumpur ikan bandeng sebenarnya disebabkan oleh senyawa geosmin dan 2
methylisoborneol (MIB) dari fitoplankton Oscillatoria sp, Anabaena sp, Actinomyces dan bakteri Streptomyces
tendae.
Senyawa
tersebut masuk karena ikan bandeng termasuk herbivora yang memakan fitoplankton
kemudian terakumulasi dalam kulit, perut, usus dan daging ikan bandeng. Bahkan
ikan bandeng yang sudah mengalami proses pemanasan pun masih mengandung senyawa
tersebut.
Oleh
karena itu, perlu rasio N : P yang seimbang untuk menumbuhkan beraneka
ragam plankton di tambak ikan bandeng sehingga meminimalisir bau lumpur.
Suplemen
Organik Cair GDM mengandung unsur makro dan mikro esensial yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan fitoplankton.
SOC GDM
juga mengandung 5 spesies bakteri yang mampu mengurai bahan organic dalam
tambak sehingga bisa langsung dimanfaatkan fitoplankton untuk pertumbuhannya.
Fitoplankton
yang tumbuh juga akan beraneka ragam sehingga tidak akan menimbulkan bau lumpur
pada ikan bandeng.
Bakteri Pseudomonas
alcaligenes dalam SOC
GDM memiliki kemampuan menghasilkan enzim lipase dan dexametanose yang memecah
senyawa bahan organic menjadi lebih sederhana.
Fitoplankton
yang banyak tumbuh adalah golongan Chlorophyceae, Rhodophyceae,
Cyanophyceae, Phaeophyceae dan Diatomae.
Ikan bandeng akan memiliki lebih banyak pilihan makanan dengan jumlah seimbang
sehingga bau lumpur bisa dicegah.
SOC GDM
juga bisa diaplikasi saat proses persiapan tambak yaitu setelah proses
pemupukan dengan pupuk kandang lalu diaplikasi SOC GDM dengan dosis 10
liter/ha. Produktivitas fitoplankton di tambak yang diberi pupuk akan
menghasilkan kelimpahan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan dengan tambak
yang tidak diberi pupuk.
Parameter
kualitas air seperti suhu, kecerahan, DO, pH, salinitas, N-total, P-total, dan
rasio N:P tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap ikan yang bau
lumpur, tetapi memberikan pengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan
fitoplankton penghasil MIB atau geosmin.
Berdasarkan
hasil penelitian Aziz dkk (2015) suhu perairan budidaya berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, dan biologi. Suhu juga sangat berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Fitoplankton
yang berjenis filum Chlorophyta dan Diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran
suhu berturut-turut 30–35 °C dan 20–30 ÂșC. Filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap
kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan Diatomae.
Parameter
lainnya adalah kecerahan air. Kecerahan juga dapat dipengaruhi oleh kelimpahan
fitoplankton yang ada di perairan.
Semakin
tinggi kelimpahan fitoplankton maka kecerahan akan semakin menurun. Juga Dissolved
oxygen (DO) yang
menunjukkan banyaknya oksigen terlarut yang terdapat di dalam air yang
dinyatakan dalam mg/L.
Oksigen
di perairan berasal dari proses fotosintesis dari fitoplankton atau jenis
tumbuhan air, dan melalui proses difusi dari udara.
Kadar
DO berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulensi) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke
dalam badan air.
Faktanya
semakin tinggi suhu dan salinitas, maka kelarutan oksigen pun semakin berkurang
sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di
perairan tawar.
Parameter
kualitas air lain yang turut mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah nilai
pH. Nilai pH dipengaruhi oleh aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan
respirasi organisme (plankton, ikan, tumbuhan air dll) serta keberadaan ion-ion
dalam perairan tersebut.
Perubahan
pH akan sangat memengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Nilai pH yang
tinggi akan meningkatkan persentase dari amonia yang tidak terionisasi dan
meningkatkan kecepatan pengendapan fosfat di perairan.
Perairan
dengan pH antara 6–9 merupakan perairan dengan kesuburan yang tinggi dan
tergolong produktif karena dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik
yang ada dalam perairan menjadi mineral-mineral yang dapat manfaatkan oleh
fitoplankton untuk petumbuhan.
SOC GDM
membantu dalam maintenance proses perombakan bahan organik,
penguraian limbah dalam tambak dan mejaga kualitas air tambak.
Kombinasi
lima bakteri spesifik ini tentu sangat menunjang kebutuhan dalam budidaya
bandeng. Untuk mengetahui khasiat SOC GDM ini, Anda perlu membuktikannya
sendiri.
Sumber :
Aziz, R., Nirmala, K., Affandi, R., dan Triheru, P. 2015. Kelimpahan Plankton
Penyebab Bau Lumpur pada Budidaya Ikan Bandeng Menggunakan Pupuk N : P berbeda.
Jurnal. Akuakultur Indonesia 14 (1) : 58-68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar